Kamis, 09 Agustus 2012

Kisah Luqman al-Hakim - TERHADAP PERKARA LIDAH DAN HATI

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

سم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat dan salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga dan para sahabat dan pengikut yang istiqamah mengikuti beliau sampai ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,Di dalam al-Qur'an ada satu surat yang dinamakan surat Luqman. Di dalam surat ini terdapat banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kata-kata nasehat Luqman al-Hakim kepada anaknya. Luqman adalah ahli hikmah yang banyak dikaruniai oleh Allah SWT kebaikan dengan kata-kata nasihatnya dan amal perbuatannya untuk mengajak manusia kembali beriman kepada Allah SWT.
Di dalam hadits Nabi SAW ada juga beberapa riwayat yang menceritakan kisah Luqman dengan perangai manusia yang dia temui di zamannya. Di dalam setiap zaman perangai manusia ini sama saja tidak pernah berubah yang berbeda mungkin kemajuan dan suasannya saja.
Kisah Pertama:
Menurut Ibn Jarir At-Thabari pula, berdasarkan hadis riwayat Khalid ar-Raj'ii: Luqman adalah seorang hamba dari Habsyah yang bekerja sebagai seorang tukang kayu. "Pada suatu hari, tuan Luqman menyuruh Lukman menyembelih seekor kambing dan membawanya dua bagian daging yang terbaik.
Perintah itu dilaksanakan Lukman dan dibawa kepada tuannya dua ketul daging terbaik yaitu hati dan lidah. Pada keesokan harinya, tuannya kembali menyuruh Lukman menyembelih seekor kambing lain dan membawakannya dua bagian daging yang terburuk.
Perintah itu juga dilaksanakan oleh Lukman dan dibawa dua bagian daging yang terburuk yaitu hati dan lidah. Tuannya bingung lalu bertanya kepada Luqman maksud perbuatannya itu dan Lukman berkata: "Sesungguhnya, bagi orang yang mulia, inilah harta terbaik dimilikinya dan untuk mereka yang keji, inilah harta terkeji ada dalam jasadnya."
Sesuailah dengan hadis Nabi SAW yang artinya:
"Sesungguhnya dalam diri manusia itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh anggota badannya tetapi seandainya daging itu rusak dan kotor, maka kotor dan rusaklah seluruh anggota badannya. Daging yang dimaksudkan ini adalah hati."(HR. Bukhari dan Muslim dari Nu'man bin Basyir)Rasulullah SAW mengingatkan, bahwa bahaya lidah adalah salah satu hal yang paling beliau khawatirkan. Sebabnya, semua amal akan berguguran jika lidah kita jahat. Suatu kali salah seorang sahabat Sufyan al-Tsaqafi bertanya kepada Rasulullah SAW: "Wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu hal yang aku akan berpegang dengannya!" Beliau menjawab: "Katakanlah,` Rabbku adalah Allah `, lalu istiqamahlah". Aku berkata: " Wahai Rasulullah, apakah yang paling tuan khawatirkan atasku? ". Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda:" Ini. " (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Begitulah contoh kebijaksanaan Lukman dikaruniai hikmah dari Allah SWT selain mendapat posisi dan makam yang amat mulia di sisi Allah SWT.
Kisah Kedua:
Dalam sebuah riwayat menceritakan, pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki seekor himar, sedangkan anaknya sesuai dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, setengah orang pun berkata, "Lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki."
Setelah mendengarkan desas-desus dari orang banyak maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu diletakkan anaknya di atas himar itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya sedap menaiki himar itu, sungguh kurang adab anak itu."
Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang banyak berkata lagi, "Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh menyiksakan himar itu."
Karena tidak suka mendengar percakapan orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai."
Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang ke rumah, Luqman Hakim telah menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan telatah mereka, katanya, "Sesungguhnya tidak terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu. "
Kemudian Lukman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, "Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga hal yaitu:
Pertama, tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya.
Kedua, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang).
Ketiga, hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya).
Dan lebih celaka lagi dari tiga hal itu adalah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya. "
Sesuailah dengan firman Allah SWT maksudnya: "Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan dari prasangka (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepada. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. "(Surah al-Hujurat ayat 12)
Sahabat yang dikasihi,Marilah sama-sama kita mengambil iktibar dua kisah Luqman al-Hakim yang di atas agar selalu menjaga hati dan lidah kita agar tidak menjadi sakit dan rusak karena kedua-duanya jika rusak akan menyebabkan diri kita akan binasa dan dimurkai Allah SWT. Begitu juga jauhilah dari mengumpat dan berprasanggka buruk kepada saudara kita yang lain. Cepat-ceptlah kita kembali kepada Allah SWT dengan bertobat dan mohon ampun kepada-Nya.

Rabu, 08 Agustus 2012

Pertanyaan Heraklius Tentang Rahasia Kekalahan Pasukan Romawi

Al-Walid bin Muslim berkata, Telah berkata kepadaku orang yang langsung mendengar dari Yahya al-Ghassani yang mendengar cerita dari dua orang lelaki dari kaumnya, keduanya berkata, “Ketika Kaum Muslimin turun memasuki Jordania, kami saling berkata sesama kami bahwa Damaskus akan dikepung. Kamipun berangkat berusaha mendapatkan informasi yang sebenarnya. Ketika kami dalam keadaan demikian tiba-tiba datanglah utusan pendeta menyuruh kami untuk menghadapnya, kami segera datang menemuinya. Dia bertanya kepada kami, “Apakah kalian berdua dari warga Arab?” Kami menjawab, “Ya!”
Kemudian dia bertanya lagi, “Apakah kalian berdua beragama Nasrani?” Kami menjawab, “Ya!” Dia berkata, “Hendaklah salah seorang dari kalian pergi mencari informasi mengenai kaum muslimin dan lihat bagaimana kondisi mereka? Sementara yang lainnya hendaklah bersiap-siap menjaga harta saudaranya.” Salah seorang dari kami masuk mengintai. Tak berapa lama dia kembali kepada pendeta memberitahukan apa yang dilihatnya sambil berkata, “Aku datang membawa berita kepadamu tentang suatu kaum yang lembut. Mereka mengendarai kuda yang telah tua dan lemah, pada malam hari mereka laksana rahib-rahib ahli ibadah dan di siang hari mereka adalah penunggang kuda yang tangguh. Mereka sibuk memperbaiki anak panah dan meruncingkan tombak. Jika engkau mengajak teman dudukmu untuk berbicara maka ia tidak akan paham apa yang engkau katakan disebabkan riuh-rendahnya suara mereka membaca al-Qur’an dan berdzikir.”
Setelah itu sang pendeta berkata kepada para sahabatnya, “Telah datang kepada kalian suatu kaum yang tak mungkin dapat kalian kalahkan.”Ahmad bin Marwan al-Maliki meriwayatkan dalam al-Mujalasah, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Ismail at-Tirmizi, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Muawiyah bin Amru dari Abu Ishaq, dia berkata, “Tidak satupun musuh yang dapat duduk tegar di atas untanya ketika berhadapan dengan para sahabat Nabi. Ketika berada di Anthakiyah, Heraklius bertanya kepada para pasukan Romawi yang kalah perang, “Celakalah kalian, beritahukan kepadaku tentang musuh yang kalian perangi. Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?” Mereka menjawab, “Ya!” Heraklius kembali bertanya, “Apakah jumlah kalian lebih banyak daripada jumlah mereka atau sebaliknya?” Mereka menjawab, “Jumlah kami lebih banyak berlipat ganda dari jumlah mereka di setiap tempat.” Heraklius bertanya lagi, “Jadi kenapa kalian kalah?”
Maka salah seorang yang dituakan dari mereka menjawab, “Kami kalah disebabkan mereka shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mengajak kepada perbuatan ma’ruf mencegah dari perbuatan mungkar dan saling jujur sesama mereka. Sementara kita gemar meminum khamr, berzina, mengerjakan segala yang haram, menyalahi janji, menjarah harta, berbuat kezhaliman, menyuruh kepada kemungkaran, melarang dari apa-apa yang diridhai Allah dan kita selalu berbuat kerusakan di bumi.” Mendengar jawaban itu Heraklius berkata, “Engkau telah berkata benar.
Dinukil dari Kitab : KITAB AL-BIDAYAH WAN NIHAYAH
IBNU KATSIR

“Demi Allah, Saya akan Melaksanakan Sholat di Masjid”

Nabi sallallahu `alayhi wa sallam bersabda,” Ada dua nikmat di mana banyak manusia terpedaya di dalamnya, yaitu sehat dan waktu luang. ” [Shahih Bukhari, Kitab 81, Bab 1, Hadits No 6.412, hal 1232.] Ini adalah kisah nyata. Jika Allah memberi Anda hidayah, ini dapat mengubah hidup, cara berpikir, dan tujuan utama dalam hidup Anda. Ini adalah cerita tentang seseorang dari Bahrain bernama Ibrahim Nasser. Dia telah lumpuh total sejak lahir dan hanya dapat menggerakkan kepala dan jarinya. Bahkan bernapasnya dilakukan dengan alat bantu. Pemuda ini sangat ingin bertemu syekh Nabeel Al-Awdi. Maka, ayah Ibrahim pun menghubungi syekh lewat telepon untuk mengatur kunjungan ke Ibrahim. Ibrahim sangat senang melihat syekh Nabeel membuka pintu kamarnya. Kita hanya bisa melihat kebahagiaan dari ekspresi wajahnya karena ia tidak dapat berbicara. Lalu syekh Nabeel dan Ibrahim mulai berbicara tentang Dakwah di internet dan perjuangannya yang diperlukan. Mereka juga saling bertukar cerita.
Dan selama percakapan mereka itu, syekh Ibrahim Nabeel melontarkan pertanyaan. Sebuah pertanyaan yang membuat Ibrahim menangis… dan air mata bergulir di pipi Ibrahim. Ibrahim tidak bisa menahan tangisnya ketika ia ingat beberapa kenangan masa lalunya yang menyakitkan. Apakah Anda tahu pertanyaan apa yang membuat Ibrahim menangis? Syekh itu bertanya: “Oh Ibrahim .. jika Allah telah memberi kesehatan kepadamu … apa yang akan kamu lakukan?” Dan dengan demikian Ibrahim menangis tersedu-sedu, dan ia membuat syekh, ayahnya, pamannya dan semua orang di ruangan menangis .. bahkan pria yang memegang kamera pun menangis juga. Dan jawabannya adalah: “Demi Allah saya akan melaksanakan shalat di masjid dengan sukacita .. Saya akan menggunakan nikmat kesehatan saya dalam segala sesuatu yang akan menyenangkan Allah SWT.” **** Saudara – saudariku, Allah telah menganugerahi kita dengan kelincahan dan kesehatan. Tapi kita tidak melaksanakan (mendirikan) ibadah shalat kita di masjid! Dan kita duduk berjam-jam di depan komputer atau TV! “Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaf: 37). Semoga Allah selalu membimbing kita ke jalan yang benar & menjaga diri kita agar tetap berpendirian teguh.

Tiga Bagian di Bulan Ramadhan

Bulan ramadhan adalah merupakan bulan istimewa bagi orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shaleh,ramadhan bulan yang agung, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memuliakan-Nya di banding bulan-bulan lainnya. Bulan dilipatgandakan pahala dan diampuninya dosa-dosa kita.Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan kemuliaan kepada tiap sepuluh hari pada bulan ramadhan terutama sepuluh hari terakhir ramadhan.
Sebagian ulama membagi bulan ramadhan dengan tiga bagian,yaitu sepuluh hari pertama ramadhan dinamakan terbukanya pintu Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang menunaikan shaum,Sepuluh hari kedua atau pertengahan dinamakan Magfirah yaitu di Ampuninya-Nya segala dosa-dosa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan sepuluh hari terakhir bulan ramadhan dinamakan pembebasan dari api neraka. Sebagaimana yang diterangkan dalam hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ :
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu,dimana ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Awal bulan Ramadan adalah Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka).”
Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu. Diceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Berkhutbah menjelang Ramadan,diantara isi khutbah beliau,
“Siapa saja yang memberi buka kepada orang yang shaum/puasa dengan seteguk susu, sebiji kurma, atau seteguk air, dan siapa yang mengenyangkan orang shaum maka ALLAH akan memberi minum dari telaga dengan satu tegukan, yang menyebabkan tidak haus sampai masuk surga. Inilah bulan, yang awalnya adalah Rahmah, Pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya ‘Itqun Minan nar (pembebasan dari api neraka). Perbanyaklah melakukan 4 hal dalam bulan Ramadan”
Sepuluh hari pertama di bulan ramadhan adalah awal melelahkan dan tentunya kita berusaha beradaptasi dengan penuh kesabaran maksimal untuk melaksanakan shaum dan mengerjakan amalan-amalan yang di cintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.Para ulama memaknai sepuluh hari pertama bulan ramadhan sebagai Rahmat,yaitu terbukanya pintu Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala,yang diberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya yang menunaikan shaum.
Dalam khazanah tasawuf Rahmat itu ada dua macam pertama Rahmah Dzaatiyyah, yaitu Rahmat dan Anugerah yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada semua mahluk-Nya tanpa terkecuali dan diskriminasi.Kedua Rahmah Khushushiyyah, yaitu Rahmat dan kasih sayang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya diberikan kepada hamba-hamba Pilihan-Nya.Sepuluh hari pertama adalah merupakan keistimewaan karena diturunkannya Rahmat kepada hamba-hamba yang telah ikhlas dan ridha menunaikan shaum ramadhan dengan penuh keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Salah satu Rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang shaum dengan Iman dan taqwa yaitu disediakan salah satu pintu masuk ke dalam surga yang tidak dilalui oleh siapapun kecuali para ahli shaum
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda:
“Dari Sahal bin Sa’ad Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda “Sesungguhnya di Surga ada salah satu pintu yang dinamakan Rayyan; masuk dari pintu tersebut ahli shaum/puasa di hari kiamat, tidak ada yang masuk dari pintu itu selain ahli shaum, lalu diserukan “Manakah para ahli shaum?’, maka berdirilah para ahli shaum dan tak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu kecuali mereka yang tergolong para ahli shaum, dan apabila mereka sudah masuk, maka pintu surga tersebut segera tertutup, dan tak ada satupun yang diperbolehkan masuk setelah mereka .”(H.R. Bukhari dan Muslim).
Kemuliaan dan keistimewaan bulan ramadhan disamping terkabulnya segala doa dan permohonan hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga diampuni-Nya segala dosa-dosa yang telah lalu, sehingga pada sepuluh hari kedua atau pertengahan pada bulan ramadhan, sering dimaknai sebagai Magfirah ‘yaitu “Ampunan” segala dosa-dosa kita yang telah lalu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seyogiyanya kita memanfaatkan momentum ramadhan yang penuh magfirah.dengan memperbanyak memohon segala Ampunan-Nya.
Sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan yang paling utama dinamakan “Itqun Minan Nar” (Pembebasan dari Api Neraka). Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, jika ramadhan memasuki sepuluh hari terakhir, maka beliau semakin memaksimalkan dalam beribadah. Beliau menghidupkan malam harinya untuk bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Diriwayatkan Dari `Aisyah Radhiyallahu Anha. Bahwa” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam “Apabila memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, Beliau menghidupkan malam dan membangunkan anggota keluarganya dan beliau kencangkan pakaiannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
“Diriwayatkan Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, (dia berkata), “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR. Muslim ).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’ pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan selalu beri’tikaf. Demikian juga para sahabat dan isteri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu beri’tikaf, baik di masa Rasulullah masih hidup, maupun sesudah Rasulullah wafat.Karena I’tikaf adalah merupakan penyempurnaan ibadah shaum di bulan ramadhan, terlebih “Itqun Minan Nar” yaitu “Pembebasan dari Api Neraka”.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Diriwayatkan Dari `Aisyah Radhiyallahu Anha. Bahwa” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu Beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh isteri-isteri Rasulullah selepas kematiannya” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Sepuluh hari terakhir malam bulan ramadhan merupakan keutamaan yang dipilih Allah Subhanahu wa Ta’ala. karena disaat itulah datangnya malam Lailatul Qadar didalamnya sarat dengan keutamaan yang bisa didapatkan pada waktu-waktu tersebut diantaranya yaitu :
a.Malam lailatul qadar yang sangat dinantikan untuk didapatkan oleh orang-orang yang melaksanakan ibadah shaum dengan penuh keimanan dan mengarap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala , karena pada malam tersebut siapa saja yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka nilai ibadahnya sama dengan bernilai ibadah selama seribu bulan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“Sesungguh Kami menurunkan Al Quran pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar) tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabb mereka (untuk membawa) segala urusan, Malam itu (penuh) kesejahteraan hingga terbit fajar.” (Q.S. Al Qadar : 1-5)
b.Malam lailatul qadar disamping bernilai ibadah seribu bulan, juga ketika mendapatkan saat-saat waktu tersebut disunnahkan untuk memperbanyak doa, karena saat tersebut adalah yang tepat (mustajab),karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyediakan saat-saat yang tepat dan cepat terkabulnya doa kepada hamba-hamba yang memohon segala harapannya kepada Allah Subhanu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan kita umatnya berdoa dan memohon segala Ampunan saat malam lailatul qadar.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :
“Diriwayatkan Dari Aisyah Radhiyallahu Anha” Bahwa beliau bertanya “ Wahai Rasullullah , apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda: “Ucapkanlah: “ALLAHUMMA INNAKA AFUWWUN TUHIBBUL AFWA FA’FU ‘ANNI” (Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang yang meminta maaf, maka Ampunilah Saya.” (H.R. At Tirmidzi (3760),Ibnu Majah (3850),Dari Aisyah Radhiyallahu Anha ‘sanad Shahih).
c. Keutamaan pada saat malam lailatul qadar adalah segala urusan penuh hikmah dan keberkahan yang melimpah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh Hikmah, ‘(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus Rasul-rasul, ‘ Sebagai Rahmat dari Rabb-Mu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S Ad Dukhaan : 3 – 6)
d. Dalam Sebuah Hadist shahih Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam’menganjurkan menunaikan qiyamullail di malam lailatul qadar.
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :


“Barangsiapa melakukan shalat malam (qiyamullail),pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).